Thursday, December 7, 2023
anggadateknologi@gmail.com
EdukasiInfoJejak

Berbek Bagian Terpenting dari Sejarah Nganjuk

Sejarah Nganjuk, Monumen Nganjuk

ZULIRANTAUWATI.ID – Nganjuk, sebuah kota kecil yang terletak di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Meski ukurannya tidak terlalu besar, namun Sejarah Nganjuk memiliki nilai yang sangat kaya dan menarik. dan di Kota inilah Mbak Zuli dilahirkan. 

Sebagai daerah yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, Nganjuk telah menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting sepanjang zaman. Dari masa kerajaan Hindu-Buddha hingga era penjajahan Belanda, 

Nganjuk selama ini telah melalui berbagai perubahan dan pergolakan yang membentuk identitasnya menjadi sangat unik. Sejarah Nganjuk tidak hanya melibatkan peperangan dan penaklukan, tetapi juga mencakup perkembangan budaya, agama, dan juga kehidupan masyarakatnya. 

Kali ini Mbak Zuli akan mengajak dulur dulur sekalian untuk sesaat menelusuri sejarah perjalanan Kabupaten Nganjuk tercinta ini. Kita akan coba menjelajahi lebih jauh mengenai sejarah Nganjuk yang begitu menarik dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia.

Baca Juga: Dengan Jargon ‘Nganjuk Bermutu’, Mbak Zuli Siap Mengabdi

Nganjuk adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Wilayah sebelah utara Kabupaten Nganjuk berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, di timur Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, serta Kabupaten Madiun di sebelah barat. 

Nganjuk yang dikenal dengan julukan Kota Angin, terletak antara 11105° sampai dengan 112013° BT dan 7020° sampai dengan 7059° LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:

1. Tanah sawah 43.052.5 Ha
2. Tanah kering 32.373.6 Ha
3. Tanah hutan 47.007.0 Ha

Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian.

Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.

Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 7.416mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.

Spanduk Zuli Rantauwati
Zuli Rantauwati

Baca Juga: Hak Yang Dimiliki Pekerja, Saat Terkena PHK

Sejarah Nganjuk pada zaman dahulu pernah dijuluki dengan sebutan Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi. Berdasarkan catatan Pemerintah Kabupaten Nganjuk yang di rilis di halaman https://www.nganjukkab.go.id/, Kabupaten Nganjuk berawal dari Kabupaten Berbek. Kurang lebih pada 1811, Sultan Yogyakarta, Hamengku Buwono II asal membentuk kabupaten tersebut. 

Pada awalnya Berbek mempunyai tiga distrik, yaitu Godean, Siwalan, dan Berbek. pada perkembangannya, pada 1875 ibukota Kabupaten Berbek dipindahkan ke daerah Nganjuk. perpindahan tersebut berdasarkan keputusan Pemerintah Hindia Belanda dengan SK Nomor 20 Tahun 1875. 

Namun, dalam penulisan Sejarah Nganjuk ada pendapat berbeda yang menyatakan bahwa, pemindahan itu terjadi persis pada 6 Juni 1880. Sedangkan untuk Hari Jadi Nganjuk sendiri ditetapkan setiap 10 April  berdasarkan (SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nomor 495 Tahun 1993).  Sehingga penyebutan administrasi Berbek beralih menjadi Kabupaten Nganjuk mulai berlaku sejak 1 Januari 1929.

Bila kita lihat dari peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang Sejarah Nganjuk. 

Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta.

Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Government.

Baca Juga: Waspada Dulur, 7 Desa di Nganjuk Berpotensi Krisis Air Bersih 

Alur Sejarah Nganjuk

Alur sejarah Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.

Dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain di sebutkan : III tot hoofdplaats Ngandjoek, afdeeling Berbek, de navolgende Wijken en kampongs : de Chinese Wijk de kampong Mangoendikaran de kampoeng Pajaman de kampoeng Kaoeman.

Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.

Kabupaten Nganjuk mempunyai 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan.

Zuli Rantauwati, Caleg Nganjuk Dapil 1 Partai Hanura
Zuli Rantauwati, Caleg Nganjuk Dapil 1 Partai Hanura

Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:
1. Bagor
2. Baron
3. Berbek
4. Gondang
5. Jatikalen
6. Kertosono
7. Lengkong
8. Loceret
9. Nganjuk
10. Ngetos
11. Ngluyu
12. Ngronggot
13. Pace
14. Patianrowo
15. Prambon
16. Rejoso
17. Sawahan
18. Sukomoro
19. Tanjunganom
20. Wilangan

Baca Juga: Pendiri Boedi Oetomo itu Lahir di Nganjuk Lho 

Sebagai pelengkap Sejarah nganjuk, berikut adalah nama-nama bupati yang pernah memimpin setelah Raden Mas Sosro Hadi Koesoemo :

  • 1936 – 1943 : R.T.A. Prawiro Widjojo
  • 1943 – 1947 : R. Mochtar Praboe Maangkoenegoro
  • 1947 – 1949 : Mr.R. Iskandar Gondowardjojo
  • 1949 – 1951 : R.M. Djojokoesoemo
  • 1951 – 1955 : K.I Soeroso Atmohadiredjo
  • 1955 – 1958 : M. Abdoel Sjukur Djojodiprodjo
  • 1958 – 1960 : M. Poegoeh Tjokrosoemarto
  • 1960 – 1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH
  • 1968 – 1973 : Soeprapto,BA
  • 1973 – 1978 : Soeprapto,BA
  • 1978 – 1983 : Drs. Soemari
  • 1983 – 1988 : Drs. Ibnu Salam
  • 1988 – 1993 : Drs. Ibnu Salam
  • 1933 – 1998 : Drs. Soetrisno Rachmadi, M.Si
  • 1998 – 2003 : Drs. Soetrisno Rachmadi, M.Si – Djatmiko Budi Utomo
  • 2003 – 2008 : Ir. Siti Nurhayati, MM – Djaelani Iskak
  • 2008 – 2013 : Drs. H. Taufiqurrahman, MKP – KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI
  • 2013 – 2017 : Drs. H. Taufiqurrahman, MKP – KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI
  • 2017 – 2018 : KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI (Plt.)
  • 2018 – 2018 : Drs. H. Soedjono, MM (Plt.)
  • 2018 – 2021 : Novi Rahman Hidayat, S.Sos., M.M. – Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.H., MBA
  • 2021 – Sekarang : Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.H., MBA 

Baca Juga: Festival Layang Layang Kota Angin Nganjuk, Potensi Wisata dan Ekonomi yang Belum Tergali

Demikianlah sejarah Nganjuk yang bisa Mbak Zuli sampaikan. Nganjuk tercinta sungguh penuh dengan kekayaan budaya dan sejarah yang sangat membanggakan. Dari masa prasejarah hingga masa kini, Nganjuk telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia khususnya di Jawa Timur. 

Zuli Rantauwati
Zuli Rantauwati, Caleg Hanura DPRD Kabupaten Nganjuk Dapil 1

Dari Kerajaan Kediri hingga perjuangan melawan penjajah Belanda, Nganjuk tetap tegar dan tidak pernah berhenti bertumbuh dan berkembang. Keindahan alam yang dimilikinya, seperti Gunung Wilis dan Sungai Brantas, juga menjadi daya tarik ekstra bagi para investor dan wisatawan. 

Melihat peninggalan-peninggalan sejarah yang masih lestari di Nganjuk, kita dapat merasakan betapa kaya dan beragamnya warisan budaya yang dimiliki oleh kota ini. Semoga perjalanan sejarah Nganjuk akan terus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap memelihara dan menceritakan kisah mereka yang telah berjuang demi kebebasan dan kemajuan tempat ini.  (Mbak Zuli)

Leave a Reply